12/21/2007

2*Komentar di Kompas.com



Memang Indonesia negara yang penduduk Muslim-nya terbesar di dunia, dan bertoleransi tinggi ini juga diakui banyak warga negara asing yang pernah berkunjung ke Indonesia. Coba bandingkan dengan Malaysia yang masih memegang sistem ber-kerajaan diseluruh negeri, tujuannya apa? Agar kekuatan ke-Melayuan-nya itu terjaga sehinga bangsa asing khususnya ethnic India dan China di Malaysia hormat dan tunduk dibawah orang Melayu, dengan kata lain Malaysia itu tanahnya orang Melayu jadi bangsa lainnya jangan semaunya. Sedangkan di Indonesia justru sebaliknya, negara ingin ethnic lainnya menyatu, liat saja bagaimana leluasanya ethnic Chinese Indonesia di Indonesia.

Jujur saja, walau sudah tidak lagi memegang paspor hijau saya selalu memperkenalkan diri "dari Indonesia", ada kebanggaan tersendiri walaupun masih banyak yang harus dibenah. (Baca komentar Lily dan Uut dari KL, "visit MALINGSIA 2007...".), Kadang-kadang kebiasaan aneh rakyat kita sebenarnya menggangu kelebihan yang kita banggakan. Contoh kecil, keisengan yang dijadikan moment yang menyenangkan si pelaku, yang lucu jelas ditertawakan, yang tidak lucupun dijadikan lucu agar bisa ditertawakan.

Pengalaman pribadi, Bandung tahun 1990-an, saya sedang di bengkel. Sebuah kenderaan menepi dan memarkir didepan toko disebelah bengkel. Ada berepa orang didalamnya, sepertinya sekeluarga. Pengemudinya seorang Bapak setengah baya, rambutnya dipenuhi uban keluar mendekati seorang pemuda yang sedang jongkok didepan toko tersebut. Bajunya agak kusut dan keliatan agak letih, saya tertarik meliat nomor polisi kenderaan tersebut. Nopolnya B... ah musafir bisik saya dalam hati. Dengan sopan si Bapak menanyakan arah menuju ke sebuah tempat, saya tidak ingat, Dago-kah, atau apa... Si pemuda menjawab dengan sopan agar si Bapak mengambil arah lurus. Setau saya si Bapak harus mengambil arah belok. Saat si Bapak pergi, kawan si pemuda keluar dari toko. Si pemuda bercerita sambil ketawa apa yang telah dilakukannya, si kawanpun ikut ketawa ngakak.

Apalagi tulisan kita diforum ini semua ditelanjangi, bukankah KoKi adanya di alam maya yang bisa diakses oleh siapapun di seluruh dunia (nga tau ya aksesnya apa bisa sampe ke bulan) mulai dari ABG hingga intellectual dan kongglomerat, belum lagi warga asing di Indonesia maupun Luar Negeri, diplomat dan cukong-cukong (mata-mata)? Makanya, jangan heran kalau ada yang minta info bagaimana memperpanjang visa tunangan (kontrak sementara) misalnya, yang dikontrak udah ngga tau dimana rimbanya agar terus bisa menetap legal di LN. Pengaruhnya? Semakin dipersulit bagi WNI mendapatkan visa ke LN, setiap tahun diubah. Ah.. Nila setitik rusak susu sebelanga.

Keramah-tamahan orang Indonesia (khususnya dari Pulau Jawa) tidak dapat disamakan dengan orang dari pulau manapun di bumi ini. Katakanlah, sifat khas orang Jawa yang sumringah atau mengabdi. Mungkin juga kebanyakan korban TKW Indonesia di Luar Negeri mereka yang berasal dari Pulau Jawa dan masih terlalu muda atau karakternya yang belum kuat, kalau diancam ya ketakutan bukan mencari jalan bagaimana agar bisa lari dari si majikan. Pengabdian mereka (TKW) dianggap kelemahan dan dimanfaatkan bahkan oleh sebagian mereka "sang majikan", bukan sebaliknya, malah "air susu dibalas air tuba".

Liat saja Filipina, apa mereka mau mengabdi untuk si majikan? Mereka selalu menuntut hak mereka, time's up, atau over time akan dibayar tidak, kalau dibayar berapa?Sekali lagi maaf lahir dan bathin, masih Syawal kan?
(November 7, 2007)

No comments: