12/21/2007

1*Pamit dan Ied Fitr Party-Just for you

KOKI-Kompas.com


Dear Zev..


.... sebelumnnya saya awali dengan menceritakan pengalaman Ied Fitr 1428H tepatnya satu bulan yang lalu. Saya merayakannya diluar kota bersama dengan satu kelompok kecil etnik dari Timur Tengah beserta anak istri mereka, dalam suasana (tempatnya) yang "sangat sangat sederhana". Tetapi makanannya hmmmm... lain dari yang lain.

Ada beberapa kejadian yang tidak biasanya terjadi, ketika kita sedang mempersiapkan makanan untuk dimasak. Beberapa anak-anak yang saya kira ikut membantu menusukkan souvla ketusukannya ternyata memasukkannya kedalam mulut... WOW!!!
Saya sempat protes dengan yang lain-lainnya tapi semuanya pada cuek bebek dan senyam senyum. Mereka bilang, "no problem". "What's no problem", timpal saya.

Satu lagi kejadian yang tidak biasanya terjadi ketika yang lainnya mulai berdatangan, kok ada dari mereka yang bawa piring? Hahahah... Ternyata yang punya rumah kekurangan piring....hahahah... Dan pestapun berlangsung apa adanya, penuh dengan makanan terutama daging. Satu hal yang masih sangat-sangat sulit mengikuti cara makan mereka, yaitu ketika mereka satu persatu mengambil sup dari bowl dengan sendok makan tapi langsung dipindahkan ke mulut .............. Ah... ingat rakyatku ditempat-tempat penampungan sana, makan apa ya mereka???


Jujur saja, saya juga tidak sempurna, penggunaan bahasa Indonesia saya terasa kaku sekali, kadang-kadang kesannya kasar/ketus terus walaupun tidak bermaksud seperti itu. Apalagi Syawal telah pergi, kalau terus-terusan mengritik orang lain nanti malah menjurus kecaci maki, yang ada kan dosa. Ngapain juga di Syawal pakai baju baru kalau dinodai terus, iya ngga??? *senyum..

Saya juga tidak nasionalis, kalau ada bangsa/suku/keluarga sendiri melakukan sebuah kesalahan, bagi saya kesalahannya absolut. Lain halnya kalau kesalahan tersebut diperbaiki. Banyak kesalahan yang terbiar tanpa protes/proses akhirnya terulang lagi dan lagi. Ada kesan dari sebagian masyarakat kita memprotes/menegur adalah sesuatu yang tabu, ngga enak karena satu keluarga/suku/negara, nanti tersinggung atau apalah namanya...

Nasionalisme saya adanya dalam bentuk sosial lain seperti kalau ada yang menjelek-jelekkan Indonesia karena ulah sebagian koruptor tentu akan saya protes, tapi liat sikonnya dulu. Contohnya ketika saya sedang mencari wadah dengan Konsulat RI setempat untuk menampung dana kemanusiaan masyarakat untuk korban Tsunami Dec 2004, AP setempat melempar tulisan yang tidak simpatik sama sekali mengenai Indonesia agar rakyat tidak menyalurkan bantuannya ke Indonesia. Atau juga, saya ikut berpartisipasi menjadi volunteer dalam hal-hal kemanusiaan yang ditujukan untuk Indonesia, orang asing saja ikut membantu kenapa saya tidak???....


(November 14, 2007)

No comments: