10/30/2009

* BANYAK BICARA


Banyak bicara tentunya enak didengar kalau isinya penuh dan layak untuk didengar ditambah sedikit bumbu canda dan bersuara bagus, tetapi orang-orang berpendidikan disini rata-rata tidak begitu banyak bicara yang tidak perlu apalagi bercanda dan tertawa sepanjang hari.

Biasanya orang yang banyak bicara mampu menyenangkan hati orang lain yang sedang menghadapi masalah menjadi sejenak lupa dengan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Tetapi kalau bicaranya telah melampaui batas atau telah tidak terarah dikarenakan POOR PERSONALITY yang dimilikinya, seperti berkata ghibah dan fitnah karena cemburu atau sok tau dan lainnya, tentunya kita perlu bersikap bijak.
Cara yang paling baik ditempuh adalah kebalikan dari tidak banyak bicara atau diam karena Tuhan lebih dahulu tau dan akan menyiapkan sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Asyik…. Bukan?

Seseorang yang banyak bicara bisa saja dikarenakan memang banyak tau dan berusaha memberitahukan kepada yang lain-lainya agar juga banyak tau. Tetapi bisa juga dikarenakan agar untuk dikenal atau menjadi sumber perhatian orang lain sekalipun sebenarnya tidak layak untuk dikenal.

Katakanlah, mungkin selama ini ada orang-orang tertentu yang merasa tau atau sok tau kenapa saya suka menetap di luar negeri. Kalau modal punya, tentu apa salahnya saya berangkat, ke luar negeri apalagi ini bukanlah pertama kalinya saya ke luar negeri. Banyak WNI lainnya juga pindah ke negara lain, dimana situasi adat masyarakatnya lebih maju dan beradab, keamanan dan perekonomiannya juga lebih baik disamping juga negaranya yang…. termasuk ada musim bunga dan musim saljunya yang tidak mungkin dibuat di Indonesia.

Berapa banyak WNI yang melanjutkan study mereka baik dari modal sendiri, modal dalam negeri dan luar negeri? Kalau WNI lainnya boleh pindah, kenapa saya tidak?
Liat saja betapa banyaknya nona-nona Indonesia yang memilih menikah dengan pria asing agar bisa menetap di luar negeri sekalipun tidak bahagia misalnya, atau pasangan yang pernikahannya tidak sah, contohnya WNA yang berpura-pura masuk Islam agar bisa menikah dengan si nona yang Muslim.

Sebenarnya bisa saja kami-kami pindah dan menetap di pulau lainnya yang berjumlah 17 ribuan pulau di seluruh Indonesia, nyatanya luar negeri lebih…
Kebetulan saya pernah dibelikan rumah yang lumayan (tergantung siapa yang melihat tentunya) oleh orang tua, namun tidak mampu membendung niat saya untuk berangkat dan menetap di luar negeri..
Kebetulan mereka memang sangat perduli dengan anak-anaknya dan kebahagian anak-anaknya lebih mereka utamakan.

Anak-anak yang mendapat perhatian, kasih sayang dan kebahagiaan sejak kecil menjadikan mereka anak-anak yang berjiwa tenang dan tentram, kelak disaat dewasa akan memiliki sikap empati, simpati dan rasa sosial yang tinggi terhadap sesama dan juga tau menempatkan diri.
Bahkan mampu meredam rasa cemburu ke dalam bentuk positif seperti saling mengagumi atau mendukung satu sama lain.


Kebalikannya, anak-anak tersebut akan lebih perduli dengan orang lain dari pada keluarganya, selalu mencari perhatian, memberontak bahkan berani bertindak liar.

Kalau ada seseorang apakah dia seorang pengusaha, pedagang, dokter, dan lainnya merasa tau urusan saya melebihi saya sendiri tentunya dianya telah melampaui batas atau luar biasa. Apakah wajib hukumnya bagi saya diharuskan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak saya sukai, apalagi yang tidak ada untungnya bagi orang lain?

Saya pernah bertemu dengan seseorang yang banyak bicara dan tinggi hati atau…
Mungkin saja karena saya berpakaian sederhana (sekalian menyesuaikan diri dengan kondisi sebagian masyarakat Indonesia yang hidup dalam keprihatinan), dia mengatakan bahwa saya akan cemburu kalau melihat rumahnya yang...
Belakangan seseorang mengatakan bahwa orang tersebut sedang kesulitan membayar sewa rumahnya!
Begitu juga sempat kaget ketika mendengar saya telah siap untuk berangkat ke luar negeri karena pernah mengatakan tidak punya...

Orang banyak bicara memang tidak sesuai untuk memimpin, baik Pukesmas, Rumah Makan, dsb. Seperti botol yang bocor, setiap diisi langsung saja tumpah (keluar).
Seorangnya lagi adalah seorang pendidik senior namun mendidik saya untuk tinggi hati, kebalikan apa yang diajarkan oleh orang tua... tentu saja saya...

Untuk menjadi bijaksana tidak diharuskan memiliki usia, kedudukan dan pekerjaan tertentu, namun diharuskan untuk berfikir terlebih dahulu sebelum dituangkan ke tempat yang layak…


Terbukti sudah bahwa menetap di luar negeri adalah juga sebuah pendidikan (pengalaman hidup).