2/22/2008

30*BENCANA LISAN

22/02/2008 09:54 WIB

Bencana Lisan


[ penulis: Muhammad Abdurrahman topik: Agama ]

Dalam buku Tsalasuuna Aayat Tunjika min `Azdab al-Qabr yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Ash-Shayim, mengutarakan tentang bahaya lidah. Beliau mengutip pedoman Alquran dan sunnah Rasul saw, menjelaskan betapa beratnya dosa dan balasan yang diterima dari Allah jika membiarkan lisan kita terbiasa melakukan ghibah, fitnah dan juga adudomba.
Efek kata-kata yang terucap dari lidah (keluar dari mulut) kita, membuat orang lain baik pribadi maupun keluarganya, berduka dan menyakitkan. Inilah bencana lisan. Ada pepatah; lidahmu harimau kamu . Terkaman lidah lebih sakit daripada terkaman harimau. Firman Allah swt; Al fitnatu asyaddu minal qatl (fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan).
Terkadang tanpa disadari, kita telah menggunjing (ghibah) saudara dan kawan kita seiman dan seagama. Ini penyakit! Tak perlu dipelihara karena akan merusak seluruh amalan baik yang pernah dan akan kita lakukan. Kemudian Allah juga memperingatkan kita bahwa ghibah itu sama seperti memakan bangkai saudara kita, begitu menjijikkan akibat perbuatan menggunjing dan memfitnah orang lain konon lagi saudara, kawan, guru, kolega, atasan kita atau bawahan kita, dan seterusnya. Allah swt berfirman, yang artinya; Hai Orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagaian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (Al-Hujurat: 12).
Backbiting, gossiping atau sejenisnya adalah kebiasaan buruk baik ini terjadi di kantor-kantor, di rumah-rumah, di restoran, di kedai kopi, di jambo jaga (bulukoh), ataupun di rangkang-rangkang sawah dan kebun serta di tempat-tempat lain. Enak diucapkan namun sangat pahit dan marah apabila orang mendengarnya. Demikianlah perasaan yang akan kita rasakan ketika orang lain menggunjing kita, memfitnah kita, menggossip kita, dan menyebar isu yang menyakitkan. Konon lagi isu yang ditebarkan jauh dari kebenaran sehingga keluarga seseorang hancur dibuatnya. Inilah bahaya lisan.
Lidah dapat menghancurkan sebuah rumah tangga, dapat merusak hubungan antarsesama, dapat menghancurkan masyarakat, serta dapat menghancurkan sebuah kedaulatan negara. Dusta dilakukan dengan menggunakan lidah, aib seseorang juga terbuka dengan perantaraan lidah, pembunuhan dan perkelahian terjadi karena bersumber dari lidah juga. Masa konflik Aceh banyak orang terbunuh dikarenakan banyaknya intervensi lidah-lidah yang tidak bertanggungjawab. Mayat-mayat tergelak dan bergelimpangan di mana-mana juga tidak terlepas dari pengaruh banyaknya keterlibatan lidah dalam menyebarkan informasi yang salah. Lidah itu lembut dan konsekwensi yang diterima akibat pemberitaan lidah adalah maha dahsyat, begitulah kekuasaan lidah dan jangkauannya.
Ajaran Islam melarang para pengikutnya untuk menahan lidah agar tidak membuka aib saudara kita apalagi saudara seiman dan seagama. Jika kita membuka aib orang Islam (muslim lainnya) di dunia ini. Maka Allah swt akan membuka aib kita nanti di akhirat. Jika kita menutup aib kaum muslimin di dunia, maka Allah azza wajalla akan menutup aib kita di akhirat kelak. Inilah ajaran Rasulullah saw. Inilah petunjuk Islam. Demikianlah paham yang terbaik dan adil yang pernah diajarkan oleh Muhammad saw. Itulah akhlak Islam. Itulah tatakrama yang bernuansa syariat. Demikianlah doktrin Islam untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita. Wajarlah kita mengikuti semua perintah Allah dan seluruh sunah Rasulullah saw di bumi Iskandar Muda ini yang telah diisytiharkan berlakunya syariat Islam. Syariat ini bukan penghalang pembangunan sebagaimana yang pernah diucapkan oleh orang-orang yang kurang paham terhadap Islam, tetapi syariat ini sebagai pemelihara, pemersatu, serta pengikat manusia agar menuju kepada kadamaian, kesejahteraan,dan keharmonisan dalam bermasyarakat bahkan dalam bernegara sekalipun.
Cukuplah Rasulullah saw sebagai panutan (uswatunhasanah) bagi umat ini. Ikutilah dia dan jangan mengikuti langkah-langkah setan. Baginda Nabi telah memperkenalkan kita dengan segenap tatacara bagaimana menjalani kehidupan agar bahagia di dunia dan penuh kenikmatan di akhirat kelak. Bagaimana berakhlak dengan sesama muslim, bertutur dengan orangtua kita, memuliakan guru sebagai penerang hati dan pembuka jalan pikiran, bermuamalah dengan orang kafir, dan bagaimana sikap kita terhadap lingkungan, hayawan dan sebagainya. Nabi Muhammad saw secara lengkap menjelaskan dalam hadis-hadis beliau.
Arasy (singgasana) Allah swt bergoncang karena lidah kita selalu berzikir kepada-Nya. Ucapan Subhanallah, Alhamdulillah, La Ilaha Illallah, dan Allahu Akbar , lebih baik daripada langit dan bumi. Daripada menggunjing, memfitnah, mengucapkan kata-kata kotor, akan lebih baik memuji Allah lewat zikir. Lisan yang baik adalah yang selalu dibasahi oleh zikir dan kalimah thayyibah. Sebaliknya, lisan yang celaka adalah yang senantiasa mengeluarkan kata-kata yang menusuk hati dan menyakiti manusia.
Dunia global ini penuh sensasi yang sering jauh dari kebenaran. Ini ditebarkan oleh lidah-lidah yang celaka, lidah tak bertanggungjawab. Lihat bagaimana manusia bersilat lidah, misal menjadi saksi palsu di pengadilan, memutarbalik fakta. Karena lidah alpa yang tergiur oleh kenikmatan semu dan kepentingan materi. Maka lidah sering istighfar bilan terlanjur silap.
Abraham Lincoln, bekas seorang presiden Amerika, pernah berhenti menulis dan mengkritik setelah dia berkelahi hingga tidak sadarkan diri dengan seseorang karena kritikan tajamnya. Sebelum menjadi presiden, beliau sangat suka mengkritik dan menghujat, serta mencerca seseorang baik lewat tulisannya, ceramahnya, atau lewat media lainnya. Akhirnya beliau sadar bahwa setiap orang yang dikritik itu sama dengan dicerca dan dihujat, makanya kemudian beliau ketika memerintah tidak pernah lagi menggunakan lisan dengan sembarangan.
Banyak yang selamat dari mara bahaya dikarenakan oleh tutur katanya yang lemah lembut, jujur dalam perkataanya, ketulusannya hatinya, dan baik budi bahasanya. Kata-kata yang santun dan akurat akan menjamin keselamatan lidah dari mara bahaya. Lisanul haq (kata-kata yang benar) adalah cerminan manusia mukmin. Sedangkan lidah yang ceroboh dan selalu mengikuti hawa nafsu akan menyiksa jiwa dan raga.
Orang akan selamat bila sanggup menjaga lidah (lisan), yaitu tidak mengucapkan kata-kata kotor, tidak menggunjing, tidak suka menebar fitnah, tidak memutar-balik fakta, tidak mengadudomba, menggosip yang membuat orang lain menanggung aib. Khalifah Umar bin Abdul Aziz, tidak pernah berbicara selain ilmu yang keluar dari mulutnya, tidak pernah mengucapkan sesuatu yang tidak bermanfaat karena berat sekali mempertanggung jawabkannya.
Banyak sudah bencana dan perkelahian, pembunuhan, penyiksaan yang semuanya diakibatkan oleh ketelanjuran lisan seseorang. Oleh karena itu lidah teungku, lidah penguasa (pemimpin), lidah guru (dosen) perlu dipelihara supaya umat patuh, supaya rakyat aman dan sejahtera, supaya anak didik atau generasi muda berakhlak mulia. Seorang pendidik perlu berbicara yang benar kepada muridnya,
teungku memberikan tazkirah yang benar dan realis kepada santrinya agar mereka tidak berpikiran picik dan jumud dalam masalah agama sehingga orang lain yang sealiran dan sepaham dengan mereka tidak langsung menuduh orang lain sesat. Para pemimpin ketika memberikan penerangan kepada rakyat harus sesuai pula dengan perbuatan yang ditunjukkannya. Bek lage film India, para pemimpin bergelimang dosa dan memakan darah dan harta rakyat dan bersenang-senang di atasnya.
Menjaga lisan akan membawa keselamatan di dunia hingga akhirat. Rasul saw dengan lisan kejujuran, keadilan, keteladanan beliau dapat menaklukkan kekasaran bangsa Arab, Parsi, Rumawi, dan seluruh bangsa-bangsa di dunia hingga memasukkan Islam ke dalam pikiran mereka. Lisan yang haq dan fasih mempengaruhi minda dan akhlak manusia sejagat.

*) Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
http://www.serambinews.com/old/index.php?aksi=bacaopini&opinid=1463